1 Matematika
1.1 Matematika sebagai alat berfikir dan meringkas bahasa
Matematika tidak perlu ditakuti. Karena ia sebenarnya adalah bentuk ringkas dari bahasa verbal pada umumnya. Sebagai contoh, pada kasus logaritma, akan bertele-tele kalau saya menuliskan kalimat tanya seperti berikut,
\["2 \: dipangkat \: berapa \: agar \: hasilnya \: menjadi \: 8 \: ?"\]
Akan lebih singkat apabila kita menuliskannya,
\[ log_2 \: 8 \]
Alih-alih menuliskan kalimat seperti "Sebuah bilangan sama dengan nol saat dikalikan dengan dirinya sendiri dan dikurangi dengan satu", kita bisa menuliskan "sebuah bilangan \(x\) yang mana \(x^2−1=0\)".
Matematika adalah sebuah alat dimana membantu kita untuk mempercepat kita berfikir. Matematika mula-mulanya adalah sebuah cara untuk memodelkan realitas.
Manusia sejatinya berhitung karena ingin melakukan sesuatu di dunia nyata. Penggembala sapi ingin memastikan sapinya tidak hilang, sehingga ia menghitung sapinya. Di saat arsitek ataupun tukang kayu yang sedang menghitung panjang dari sisi miring dari atap, ia menggunakan teorema Pythagoras. Pedagang menginginkan keuntungan dalam aktifitas perdagangannya, sehingga mereka mengurangi pengeluaran dari pendapatan dan juga menggunakan eksponensial untuk menghitung bunga. Di masa lalu, Operator kereta api ingin memastikan batubara yang ia bawa cukup untuk menjalankan keretanya sampai ke tempat tujuan, sehingga mereka menghitung jumlah batubara yang harus mereka bawa untuk jarak tertentu. Negara menghindari bencana kelaparan, sehingga negara menghitung berapa banyak gandum/padi yang harus ditanam. Manusia pada awalnya melakukan matematika untuk menghindari pemborosan, kesalahan, kerugian, penderitaan dan mengurangi resiko.
Juga, manusia berhitung untuk merencanakan sesuatu. Jika segenggam beras cukup untuk makan satu orang, dan ada keluarga dengan tiga orang anggota keluarga, maka keluarga tersebut perlu memasak tiga genggam beras untuk makan satu hari pada keluarga tersebut.